Berikut
adalah BAB I Pendahuluan dari "Desain Bahan Ajar dengan Model
Pembelajaran Integratif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Siswa" :
A. Latar
Belakang Masalah
Hidup tidak
lepas dari yang disebut belajar, baik belajar formal maupun non formal. Belajar
merupakan aktivitas yang paling penting, seseorang tanpa belajar hanya akan
menjadi orang yang tertinggal. Manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai
kapanpun dan dimanapun manusia itu berada serta belajar juga menjadi kebutuhan
yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan. Anwar (Wawan Junaidi, 2011)
mengemukakan definisi belajar sebagai berikut :
Belajar adalah setiap perubahan dari
setiap tingkah laku yang merupakan pendewasaan, pematangan atau yang disebabkan
oleh suatu kondisi dari organisme. Belajar merupakan proses individu siswa
dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses
tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan
lingkungan tersebut
Salah satu sarana untuk mencapai perubahan-perubahan seperti
yang dikemukakan di atas adalah melalui belajar matematika. Matematika
sendiri merupakan ilmu yang sangat penting dan dibutuhkan dalam proses belajar
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan
memajukan daya pikir manusia. Matematika perlu diberikan kepada semua
siswa untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal ini
sejalan dengan definisi matematika yang dikemukakan Paling (Meilani Kasim, 2010)
bahwa:
Matematika adalah suatu cara untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan
hubungan-hubungan. Ide manusia tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada
pengalaman dan pengetahuan masing-masing.
Dewasa ini pembelajaran matematika di sekolah masih banyak yang hanya
berpusat pada guru, guru melakukan ceramah dan siswa hanya mendengarkan. Hal
ini mengakibatkan adanya kecenderungan siswa menjadi tidak mau berpikir, sulit
menganalisis masalah, membuat siswa tidak mau belajar aktif atau cenderung
pasif serta siswa tidak mendominasi di dalam kelas.
Pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa dan
berusaha membantu siswa mencapai tujuan-tujuan belajar dengan cara menerapkan
model dan strategi belajar yang baik. Hattie (Rohani Arbaa, et al., 2010) menyatakan bahwa “Pengajaran
yang baik adalah faktor terpenting dalam pembelajaran siswa. Pengajaran yang
baik itu lebih penting daripada kurikulum, pengaturan ruang kelas, rekan
sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan kelas, dan kepala sekolah”. Dalam
pembelajaran, siswa harus dipacu untuk aktif agar bersemangat dan termotivasi
dalam menjalani pembelajaran. Siswa juga harus dilatih untuk menganalisis
gagasan, konsep, dan informasi matematika guna memahami materi dan melatih
siswa berpikir kritis. Oleh karena itu, perlu diterapkan sebuah model
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif; mampu menganalisis gagasan,
konsep, dan informasi; mampu berpikir kritis serta meningkatkan motivasi siswa
dalam pembelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang memenuhi
kriteria tersebut adalah model pembelajaran integratif. Model pembelajaran ini
menggabungkan empat fase saling terkait, yaitu fase berujung-terbuka (siswa
mendeskripsikan, membandingkan, dan mencari pola), fase kasual (siswa
memberikan penjelasan bagi kesamaan dan perbedaan), fase hipotesis (siswa
menghipotesiskan hasil bagi kondisi-kondisi yang berbeda), serta fase penutup
dan penerapan (siswa melakukan generalisasi untuk membuat hubungan luas).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu dilakukan pengembangan
desain bahan ajar dengan model pembelajaran integratif guna diterapkan ketika
melakukan proses belajar mengajar serta diperlukan penelitian untuk menguji
kualitas instrumen soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis
siswa.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, masalah yang hendak diungkapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
desain
bahan ajar dengan model
pembelajaran integratif yang memfasilitasi siswa untuk
meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa
?
2.
Bagaimana kualitas instrumen soal yang disusun untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa
?
C. Batasan Masalah
Untuk mengatasi meluasnya permasalahan,
maka dibuat pembatasan masalah untuk penelitian ini, yaitu :
1. Materi
yang terdapat dalam
bahan ajar dan yang menjadi bahan pengembangan instrumen soal adalah
materi yang dipelajari di SMP kelas VII pada semester genap yaitu himpunan pada sub bab : pengertian himpunan, keanggotaan suatu himpunan,
menyatakan suatu himpunan, dan himpunan kosong
2. Instrumen soal
yang dikembangkan berbentuk tes tertulis tipe uraian dan jawaban singkat
3. Dari lima indikator kemampuan berpikir kritis siswa menurut Ennis (Encum Sumiati, et
al.,2011), diambil enam sub indikator yang mewakili kelima indikator
tersebut serta yang relevan dengan materi himpunan untuk pengembangan instrumen
soal, yaitu : mengidentifikasi masalah, mereview, strategi definisi (tindakan
mengidentifikasi persamaan), kemampuan memberikan alasan, memberikan alternatif,
dan mengidentifikasi alasan.
4.
Subjek uji coba pada penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII di SMP N 3 Lembang.
C. Tujuan Pengkajian
Adapun tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui bagaimana desain bahan ajar dengan model pembelajaran integratif
yang memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
2.
Untuk
mengetahui kualitas instrumen yang disusun untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa
D. Manfaat Pengkajian
Hasil
penyusunan makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain :
1.
Memberikan gambaran pada pembaca
mengenai penyusunan bahan ajar dengan model
pembelajaran integratif yang digunakan dalam
memfasilitasi
siswa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa
2.
Mendapat pengalaman dalam penyusunan
bahan ajar dengan model pembelajaran
integratif yang digunakan
dalam memfasilitasi
siswa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir matematis yang kelak dapat diterapkan saat terjun
di lapangan
3.
Mendapatkan
pengalaman dalam penyusunan instrumen soal dan pengalaman dalam pengujian
kualitas instrumen soal
E. Definisi Operasional
1. Bahan ajar adalah
segala bentuk bahan, informasi, alat, dan teks yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
2. Model pembelajaran integratif adalah sebuah
model pengajaran atau instruksional untuk membantu siswa mengembangkan
pemahaman mendalam tentang bangunan pengetahuan sistematis sambil secara
bersamaan melatih keterampilan berpikir kritis
3. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,
yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi